MENGENAL LEBIH DEKAT SANG KYAI PENDIRI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO MALANG
KH. Drs. Achmad Masduqi Machfudh, lahir di Jepara tahun
1935 dan wafat di Malang pada tanggal 1 Maret 2014. Sambil menuntut ilmu di
SGHA (Sekolah Guru dan Hakim Agama) di Yogyakarta, beliau mengaji di Pondok
Pesantren Krapyak asuhan Yogyakarta KH. Ali Maksum.
Sejak 1957 mengajar di berbagai
sekolah di Kalimantan, seperti di Tenggarong, Samarinda, dan Tarakan. Tahun
1964 melanjutkan studi di IAIN Sunan Ampel Malang, sekaligus sebagai dosen Tadribul
Qiraah (Bimbingan Membaca Kitab), bahasa Arab, akhlak, dan tasawuf.
Di tengah kesibukan sebagai dosen
dan pengasuh pesantren, beliau "melayani" pengajian di berbagai
masjid di daerah Malang dan Jawa Timur terutama yang sulit dijangkau oleh
kebanyakan dai, mubaligh, dan kyai.
Pemahamannya terhadap kitab
gundul sangat dalam, baik ketika dalam pembahasan masalah di forum Majlisul
Bahtsi wal Muhadlaratud Diniyyah, kodifikasi hukum Islam, bahtsul masail,
maupun tanya jawab hukum Islam pada majalah Aula. Sehingga jabatan Katib
Syuriyah selama 15 tahun, Rois II Syuriyah sejak 1985, dan Rois Syuriyah PWNU
Jawa Timur hingga 2007 sangat tepat baginya.
![](file:///C:\Users\NILAKH~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
Jalur Keturunan dari Ayah
Jika dilihat dari jalur keturunan
ayah, tidak dapat diketahui secara rinci tetapi yang jelas seluruh keluarga
beliau adalah termasuk orang-orang yang gigih berjuang dalam mensyiarkan agama
Allah. Jalur keturunan ayah terputus hingga kakek beliau saja.Kakek beliau ini
termasuk tokoh agama yang disegani di lingkungan masyarakat. Perjuangannya
tidak hanya terhadap orang awam saja, melainkan kepada seluruh lapisan
masyarakat bahkan yang jahat sekalipun. Beliau bahkan dengan gigih menaklukkan
orang-orang jahat yang banyak berkeliaran saat itu. Beliau mampu mengubah pola
tingkah laku mereka menjadi orang yang taat menjalankan agama Allah.Semangat
jihad, fanatik dan ketaatan menjalankan agama serta keberanian membela
kebenaran secara terus menerus ditempa dan ditekankan oleh Kyai Machfudh, dan
Kyai Masduqie. Karena itu tidak heran bila sifat-sifat tersebut sangat melekat
pada diri Kyai Masduqie dalam menegakkan agama Allah.
Jalur Keturunan dari Ibu
Bila ditelusuri dari garis
keturunan ibu dapat dilihat dari Syeikh Abdullah al-Asyik Ibn Muhammad. Beliau
adalah seorang Jogoboyo dari kerajaan Mataram. Alkisah, salah satu keampuhan
beliau adalah setiap ada mara bahaya yang akan mengancam kerajaan, beliau
memukul bedug untuk mengingatkan penduduk cukup dari rumahnya. Suara bedug
terdengar ke seantero kerajaan Mataram. Pada makamnya yang terletak di daerah
Tayu, Pati, tertulis "Makom niki dipun bangun Bagus Salman bongso
jin" (makam ini dibangun oleh Bagus Salman bangsa Jin).Dari Syeikh
Abdullah al-Asyik inilah menurunkan nenek KH. Achmad Masduqie Machfudh yaitu
Nyai Taslimah. Di kalangan masyarakat, Nyai Taslimah sebagai seorang pewaris
perjuangan Syeikh Abdullah al-Asyik Ibn Muhammad, dikenal sebagai seorang
penyebar agama. Di tangannya tidak sedikit orang yang diislamkan. Mereka yang
asalnya belum beragama dengan baik akhirnya menjadi santri Nyai Taslimah.Dari
pernikahannya dengan Asmo Dul, Nyai Taslimah dikaruniai dua orang putri, yaitu
Chafshoh dan Masyfu'ah. Beliau juga mengangkat seorang anak angkat yang bernama
Suyuti.Putri beliau yang pertama; Chafsoh dipersunting oleh Machfudh, putra
dari Bapak Arso Husein dengan Ibu Saumi. Dari pernikahan ini, keduanya
dikarunia 14 putra-putri. Mereka adalah:
1.
Muainamah (Alm)
2.
Achmad Fahrurrazi (Alm)
3.
Khadijah (Alm)
4.
Achmad Masduqie (Alm)
5.
Sa'adah (Jepara)
6.
Achmad Said (Alm)
7.
Sofiyah (Alm)
8.
Achmad Shohib (Alm)
9.
Achmad Zahid (Malang)
10.
Achmad Masykuri (Alm)
11.
Ahmed Mas'udi (Jakarta)
12.
Aslihah (Malang)
13.
Achmad Zahri (Alm)
14.
Achmad Mujab (Jepara).
Dari keempat belas putra-putri
Nyai Chafsoh ini, tujuh diantaranya meninggal dunia ketika masih kecil dan
remaja. Kyai Masduqi merupakan putra keempat dan merupakan putra sulung yang
hidup.
Kehidupan Keluarga KH. Achmad Masduqie Machfudh
KH. Achmad Masduqie Machfudh,
terkenal sebagai seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari cukup sederhana.
Corak kehidupan keluarga yang beliau bangun sama sekali jauh dari citra
kemewahan. Kesederhanaan yang dicitrakan Kyai Machfudh sangat membias pada
keluarga Kyai Masduqie. Terlebih sejak kecil, Kyai Masduqie sangat gigih dalam
menekuni bidang keilmuan terutama ilmu agama. Salah satu prinsip hidup beliau
adalah:
"Kalau
kita sudah meraih berbagai macam ilmu terlebih ilmu agama, maka kebahagiaan
yang akan kita capai tidak saja kebahagiaan akhirat, akan tetapi kebahagiaan
dunia pun akan teraih."
Dari hasil pernikahannya dengan
Nyai Chasinah putri dari KH. Chamzawi Umar pada 7 Juli 1957 dalam usia 22
tahun, beliau dikaruniau 9 orang anak, yaitu:
1.
Mushoddaqul Umam, S.Pd dilahirkan di Tarakan, Kalimantan
Timur, tanggal 21 Juli 1958. Saat ini kediamannya di Jl. Danau Kerinci IV,
E-15, Malang. Disamping kesibukan sehari-hari menjadi Kepala Sekolah SMAN 1
Tugu, Malang dan pengajar pada Jurusan Bahasa Inggris Universitas Islam Malang,
Sarjana strata dua bahasa Inggris yang pernah mondok di Pesantren Roudlotul
Tolibin Rembang ini, juga merintis majlis Ta'lim untuk orang tua dan siswa SD,
SMP, SMU dan Mahasiswa; pengajian padang ati.
2.
Muhammad Luthfillah, MM, dilahirkan di
Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1959. Sarjana Ekonomi dari UNIBRAW
yang sebelumnya menempuh pendidikan di Pesantren Roudlotul Tolibin Rembang ini,
berpengalaman sebagai pengurus PP.Pagar Nusa dan anggota DPRD Jatim dari fraksi
FKB. Setelah itu ia lebih banyak berkecimpung di masyarakat untuk memberikan
pengajian dan pembimbing jamaah haji khusus dan umrah "Mabruro" yang
berpusat di Sidoarjo, Jawa Timur.
3.
dr. Moch. Shobachun Niam, MKes, FINACS, SpB-KBD. Dilahirkan
di Samarinda, Kalimantan Timur pada 25 Agustus 1961. Setelah menyelesaikan
studi di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, ia sempat menjadi
dokter di Jakarta, lalu dinas di daerah kepulauan sekitar Madura. Setelah
mengambil bidang spesialisasi "bedah" ia berdinas di RSU
Polmas/Poliwali Mamasa, Sulawesi Selatan (sekarang Poliwali Mandar, Sulawesi
Barat). Alumnus Pesantren Roudlotut Tholibin Rembang ini juga pernah menjadi
pengurus wilayah NU Sulawesi Selatan ketika masih berdinas di Polmas. Sejak
tahun 2004 ia pindah ke Malang dan sebagai dokter di RS Saiful Anwar, Malang.
Selain itu, ia juga sebagai dokter di rumah sakit Persada dan rumah sakit
Lavalette di Malang. Setelah menyelesaikan studinya sebagai spesialis bedah, ia
juga belajar lagi sebagai konsultan di bidang digestive surgery di Universitas
Padjadjaran, Bandung. Sharing ilmu di bidang ilmu kedokterannya dilakukan dalam
acara pertemuan di dalam negeri dan di berbagai negara.
4.
M. Taqiyyuddin Alawiy, MT, dilahirkan
di Malang pada 8 April 1963. Setelah menyelesaikan studi di Pesantren al-Anwar
Sarang, Rembang, ia meneruskan studi di Fakultas Tehnik UNISMA Malang pada strata
satu. Selanjutnya ia belajar bidang electrical engineering pada Universitas
Brawijaya, Malang. Saat ini, disamping menjadi dosen di UNISMA Malang, ia juga
menjadi Rais Syuriah MWC Kedung Kandang, Malang. Pemahamannya di bidang kitab
kuning cukup bagus. Sepeninggal KH Drs. Achmad Masduqie Machfudh, ia diangkat
sebagai Koordinator Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul
Huda Malang.
5.
Dra. Roudlatul Hasanah, M.Pd., dilahirkan
di Malang pada 8 Maret 1965. Setelah mondok di Pesantren Tambakberas, Jombang,
ia belajar dan memperoleh gelar Sarjana Bahasa Inggris di IAIN Malang (sekarang
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang). Ia sebagai guru negeri
di MTsN Sepanjang, Gondanglegi, Malang. Beberapa tahun setelah itu ia
meneruskan pendidikannya jenjang strata dua di Universitas Negeri Malang. Dalam
kesehariaannya ia mengajar di MTSN Sepanjang, Gondalegi, Malang dan perguruan
tinggi swasta di Gondanglegi, Malang, selain menjadi salah seorang tenaga
pengajar pada Pesantren Nurul Huda Malang.
6.
Dr. Muhammad Isyroqun Najach, dilahirkan
di Malang pada 18 Februari 1967, menyelesaikan studi S-1 di STAIN
Malang (sekarang Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang),
S-2 PPS IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta; dan S-3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini, disamping menjadi Pembantu Rektor III UIN
Malang, juga menjadi Ketua PCNU Kota Malang, dan anggota Dewan Riset Daerah
Pemerintah Kota Malang. Pemahaman di bidang kitab kuning tidak diragukan lagi,
termasuk komunikasi dalam bahasa Arab. Karena itu tidak ayal lagi jika ia
sering melakukan kunjungan ke luar negeri terutama yang berbasis bahasa Arab
seperti ke Iran dan Sudan. Selain sebagai tenaga pengajar pesantren, ia juga
sebagai Wakil Koordinator Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah
Nurul Huda, Malang.
7.
Dra. Badiatus Shidqoh, dilahirkan
di Malang pada 11 April 1968. Ia lulusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang tahun 1992 jurusan Pendidikan Agama. Alumnus Pesantren Tambakberas
Jombang tahun 1984 ini menjadi tenaga pengajar pada STIE Malangkucecwara
Malang. Dalam kepengurusan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda
Malang, ia diserahi bidang ta'lim diniyyah.
8.
Fauchatul Fithriyyah. S.Ag. Dilahirkan
di Malang pada 25 Agustus 1970, memperoleh gelar sarjana di STAIN Malang
(sekarang Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang) setelah
sebelumnya mondok di PP. Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jateng. Ia mengelola
beberapa TPQ binaan Pesantren Nurul Huda, juga menjadi tenaga pengajar
pada Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda Malang dan
terlibat di bidang ta'lim diniyyah.
9.
Achmad Shampton, SHI. dilahirkan di Malang pada 23 April 1972.
Selepas SMP, ia mondok di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, Kediri lulus
tahun 1995. Alumni Madrasah Aliyah Miftahul Huda Ngreco, Kandat, Kediri tahun
1994 ini melanjutkan studi di STAIN Malang (sekarang Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang), memperoleh gelar sarjana pada jurusan
syariah tahun 2002. Saat ini menjadi khodim Pondok Pesantren Salafiyah
Syafiiyah Nurul Huda, Malang dan terlibat di bidang ta'lim diniyyah.
Aktivitas kesehariannya adalah sebagai Kepala Seksi PD Pontren Kemenag Kota
Malang. Beliau merupakan menantu Gus Mus Rembang, atau suami dari Ning Raudlah Quds.
Sebelum memasuki dunia
perkuliahan seluruh putra dan putri beliau tanpa kecuali diharuskan mengenyam
pendidikan di pesantren. Ini merupakan prinsip yang ditanamkan Kyai Masduqie
pada putra putrinya. Dari pengalaman mengaji di pesantren ini, meskipun
background pendidikan putra putri beliau beragam, mereka mampu menjalankan
amanah dakwah di tengah-tengah masyarakat. Kesembilan putra putri beliau
sekarang secara bersama-sama meneruskan perjuangan beliau dalam membina PPSSNH
(Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda) Malang. Pada haul beliau yang
pertama, diselenggarakan tanggal 28 Februari 2015, mereka "dibenum"
dalam perangkat pesantren.
Komentar
Posting Komentar